Arti Shalat dan Keringanannya

By Unknown - 18.38


Shalat secara bahasa berarti berdo’a. dengan kata lain, shalat secara bahasa mempunyai arti mengagungkan. Sedangkan pengertian shalat menurut syara’ adalah ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan tertentu, yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Ucapan di sini adalah bacaan-bacaan al-Qur’an, takbir, tasbih, dan do’a. Sedang yang dimaksud dengan perbuatan adalah gerakan-gerakan dalam shalat misalnya berdiri, ruku’, sujud, duduk, dan gerakan-gerakan lain yang dilakukan dalam shalat.
Sedangkan menurut Hasbi ash-Shiddieqy shalat yaitu beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah, menurut syarat-syarat yang telah ditentukan.
Yang dimaksudkan shalat dalam penelitian ini adalah tidak hanya sekedar shalat tanpa adanya penghayatan atau berdampak sama sekali dalam kehidupannya, akan tetapi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah shalat fardlu yang didirikan dengan khusyu’ yakni shalat yang nantinya akan berimplikasi terhadap orang yang melaksanakannya. Pengertian shalat yang dimaksudkan  lebih kepada pengertian shalat menurut Ash Shiddieqy  dari ta’rif shalat yang menggambarkan ruhus shalat (jiwa shalat); yaitu berharap kepada Allah dengan sepenuh jiwa, dengan segala khusyu’ dihadapan-Nya dan berikhlas bagi-Nya serta hadir hati dalam berdzikir, berdo’a dan memuji.
Inilah ruh atau jiwa shalat yang benar dan sekali-kali tidak disyari’atkan shalat karena rupanya, tetapi disyari’atkan karena mengingat jiwanya (ruhnya).
Khusyu’ secara bahasa berasal dari kata khasya’a-yakhsya’u-khusyu’an, atau ikhta dan takhasysya’a yang artinya memusatkan penglihatan pada bumi dan memejamkan mata, atau meringankan suara ketika shalat.  Khusyu’ secara bahasa juga bisa diartikan sungguh-sungguh penuh penyerahan dan kebulatan hati; penuh kesadaran hati.  Arti khusyu’ itu lebih dekat dengan khudhu’ yaitu tunduk, dan takhasysyu’ yaitu membuat diri menjadi khusyu’. Khusyu’ ini dapat terjadi baik pada suara, badan maupun penglihatan. Tiga anggota itulah yang menjadi tanda (simbol) kekhusyu’an seseorang dalam shalat.
Khusyu’ menurut istilah syara’ adalah keadaan jiwa yang tenang dan tawadhu’ (rendah hati), yang kemudian pengaruh khusyu’ dihati tadi akan menjadi tampak pada anggota tubuh yang lainnya.  Sedang menurut A. Syafi’i khusyu’ adalah menyengaja, ikhlas dan tunduk lahir dan batin; dengan menyempurnakan keindahan bentuk/sikap lahirnya, serta memenuhinya dengan kehadiran hati, kesadaran dan pengertian (penta’rifan) segala ucapan bentuk/sikap lahir itu.
Jadi secara utuh yang dimaksudkan oleh penyusun dalam judul penelitian ini adalah mengatasi persoalan-persoalan yang berhubungan dengan psikis sehari-hari seperti masalah rumah tangga, perkawinan, lingkungan kerja, sampai masalah pribadi dengan membiasakan shalat yang dilakukan dengan khusyu’.  Dengan kata lain dalam penelitian ini  akan dibahas tema shalat sebagai mediator untuk mengatasi segala permasalahan manusia sehari-hari yang berhubungan dengan psikis, karena shalat merupakan kewajiban peribadatan (formal) yang paling penting dalam sistem keagamaan Islam.

Ciri seorang Muslim adalah Shalat, apabila seorang muslim mengerjakan shalat dengan sebaik-baiknya, maka dampaknya selain mendapatkan pahala dari Allah SWT, juga akan berdampak pada kesehatan tubuhnya dan perilakunya. Dia akan mengeluarkan zakat dengan ihlas bukan untuk disanjung atau bergaya-gaya biar orang lain tau kalau dia kaya, melaksanakan puasa dengan ihlas bukan hanya sekedar menggugurkan kewajiban saja, menunaikan ibadah haji semata-mata untuk menjalankan perintah Allah bukan untuk menaikkan status sosialnya dimasyarakat. Dengan demikian seseorang yang shalatnya baik..akan baiklah ibadah-ibadah yang lainnya.
Lihat disekeliling kita, tidak sedikit yang mengeluarkan sedekah atau membantu para duafa dengan mengundang wartawan, difoto, diwawancara dan begitu bangga bila diberitakan baik itu dimedia cetak atau media elektronik lainnya, tidak sedikit juga mereka yang pergi ke Tanah Suci Mekkah hanya sekedar menaikkan status sosial, terbukti dari perilaku mereka yang tidak berubah sama sekali.
Dibawah ini saya sebutkan terjemahan 40 hadist Rasulullah yang menegaskan pentingnya shalat serta keutamaan-keutamaannya, saya ambilkan dari buku Fadhail A’mal karya Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandhalawi rah.a.
  1. Perintah pertama yang diturunkan Allah SWT kepada umatku adalah shalat, dan yang pertama kali akan    dihisab pada hari kiamat adalah shalat.
  2. Takutlah kepada Allah mengenai shalat! Takutlah kepada Allah mengenai shalat! Takutlah kepada Allah mengenai shalat.
  3. Pembatas antara seseorang dengan syirik adalah shalat.
  4. Ciri seorang muslim adalah shalat. Seseorang yang mengerjakan shalatnya dengan hati yang khusyu’,menjaga waktu-waktunya, dan memperhatikan sunnah-sunnahnya, maka dia adalah seorang yang beriman.
  5. Allah SWT tidak mewajibkan sesuatu yang lebih utama daripada iman dan shalat. Seandainya ada sesuatu kewajiban yang lebih utama dari pada itu, niscaya Allah SWT akan memerintahkan para malaikatNya yang sebagian dari mereka senantiasa ruku dan sebagian lagi terus sujud.
  6. Shalat adalah tiang agama
  7. Shalat menghitamkan mulut syetan
  8. Shalat adalah cahaya bagi orang yang beriman
  9. Shalat adalah jihad yang paling utama
  10. Selagi seseorang menjaga shalatnya, maka Allah SWT akan mencurahkan seluruh perhatianNya, tetapi jika ia melalaikan shalatnya, maka perhatian Allah akan terlepas.
  11. Apabila suatu musibah turun dari langit ,maka orang-orang yang memakmurkan masjid akan terhindar dariya.
  12. Apabila seseorang masuk kedalam neraka Jahannam disebabkan dosa-dosanya, maka api neraka tidak akan membakar anggota tubuh yang digunakan untuk sujud
  13. Allah SWT mengharamkan api neraka bagi anggota tubuh yang digunakan untuk bersujud
  14. Amal yang paling disukai Allah SWT adalah shoat tepat pada waktunya.
  15. Keadaan manusia yang paling disukai Allah SWT adalah ketika dalam keadaan sujud, yaitu ketika keningnya menyentuh tanah.
  16. Sedekat-dekat seseorang kepada Allah adalah ketika dia berada dalam sujud.
  17. Shalat adalah anak kunci pintu surga.
  18. Apabila seseorang berdiri untuk melaksanakan shalat, maka pintu-pintu surga akan terbuka. Lalu tersingkaplah tabir antara Allah dengan orang yang shalat itu selama dia tidak sibuk dengan batuk, dan sebagainya ( yaitu perkara-perkara yang dibenci dalam shalat).
  19. Seseorang yang sedang melaksanakan shalat berarti mengetuk pintu Yang Maha Kuasa, sebagaimana orang yang mengetuk pintu, maka pasti akan dibukakan baginya.
  20. Kedudukan shalat dalam agama adalah seperti kepala pada badan
  21. Shalat adalah cahaya hati, barangsiapa yang ingin agar hatinya bersinar, hendaklah dia menyinarinya dengan shalat.
  22. Barangsiapa berwudlu dengan sempurna, kemudian melaksanakan dua atau empat rakaat shalat, baik shalat fardhu maupun sunnat dengan khusyu dan khudhu, lalu memohon ampunan  kepada Allah atas dosanya, niscaya Allah akan mengampuninya.
  23. Bagian bumi yang diatasnya disebut nama Allah melalui shalat, maka bagian bumi itu akan membanggakannya kepada bagian-bagian bumi yang lain.
  24. Barangsiapa berdoa kepada Allah setelah melaksanakan shalat dua rakaat,niscaya Allah  mengabulkannya baik secara langsung ataupun ditangguhkan,demi kemaslahatan dirinya.Yang jelas doanya pasti diterima.
  25. Barangsiapa melaksanakan shalat dua rakaat seorang diri tanpa diketahui oleh siapapun kecuali Allah dan malaikat-Nya, maka dia mendapat jaminan keselamatan dari api neraka.
  26. Barangsiapa melaksanakan satu shalat wajib, maka baginya satu doa yang makbul disisi Allah.
  27. Orang yang menjaga shalat lima waktu, dengan memperhatikan ruku,sujud, dan wudhu yang sempurna, maka wajib baginya surga dan haram baginya neraka.
  28. Selama seorang muslim menjaga shalatnya, maka syetan akan takut padanya. Tetapi jika melalaikannya, maka syetan akan berani kepadanya dan akan menyesatkannya.
  29. Amal yang paling utama adalah shalat lima waktu
  30. Shalat adalah kurbannya setiap orang yang bertakwa
  31. Amal yang paling disukai Allah SWT adalah shalat diawal waktu
  32. Barangsiapa pergi untuk melaksanakan shalat shubuh, maka ditangannya dia membawa bendera iman.  Dan barangsiapa pergi ke pasar pada waktu shubuh, maka ditangannya adalah bendera syetan.
  33. Empat rakaat shalat sebelum shalat Zhuhur sama pahalanya dengan empat shalat tahajjud.
  34. Empat rakaat shalat sunnat sebelum zhuhur kedudukannya sama dengan empat rakaat shalat tahajjud.
  35. Apabila seseorang berdiri melaksanakan shalat, maka rahmat Allah tercurah kepadanya.
  36. Seutama-utama shalat (setelah shalat fardhu) adalah shalat pada pertengahan malam, namun sedikit sekali orang yang mengerjakannya.
  37. Jibril a.s datang kepada saya dan berkata, “Wahai Muhammad, berapapun lamanya engkau hidup, suatu hari nanti pasti akan mati juga. Siapapun yang engkau cintai, pada suatu hari nanti pasti engkau akan berpisah dengannya. Dan segala amalan yang engkau kerjakan (yang baik ataupun yang buruk), pasti engkau akan mendapatkan balasannya. Tidak diragukan lagi bahwa kemuliaan seorang mukmin adalah pada Tahajjudnya, dan kemuliaannya juga adalah pada sifat qana’ahnya.
  38. Dua rakaat shalat pada akhir malam adalah lebih utama daripada dunia dan seisinya. Seandainya tidak memberatkan umatku, niscaya aku akan mewajibkannya kepada mereka.
  39. Jagalah shalat Tahajjud, karena Tahajjud adalah jalan orang-orang saleh dan jalan untuk mendekati Allah, penjaga dari perbuatan dosa, penyebab keampunan dosa, dan menyehatkan badan.
  40. Allah SWT berfirman,”Wahai anak Adam, janganlah malas melaksanakan empat rakaat shalat pada permulaan hari, niscaya aku pasti akan memenuhi seluruh keperluanmu pada hari itu.

Keringanan Shalat

Shalat tidaklah mengganggu pekerjaan yang kita lakukan. Kita hanya diperintahkan mengerjakan shalat yang sifatnya wajib selama 5x sehari semalam, yang terdiri dari : shalat maghrib (3 raka’at), shalat isya (4 raka’at), shalat shubuh (2 raka’at), shalat dhuhur (4 raka’at), dan shalat ashar (4 raka’at). Misalkan Anda adalah seorang pegawai kantoran yang masuk kantor jam 08.00 dan pulang pukul 16.00. Satu-satunya jadwal shalat yang ada pada waktu demikian adalah shalat dhuhur yang dapat dikerjakan pada saat jam makan siang, serta shalat ashar yang dapat dikerjakan pada saat jam pulang kantor, dimana masing-masing shalat tsb dapat dilakukan dalam waktu kurang lebih hanya 10 menit (termasuk berwudhu). Bahkan shalat shubuh (yang harus dikerjakan pada waktu shubuh dengan tempo kurang lebih hanya 7 menit [termasuk wudhu]) dapat membuat kita cepat bangun agar tidak telat masuk kantor.
Bagaimana jika ditempat kita kurang atau tidak ada air untuk berwudhu, atau kita berada dalam kondisi tertentu (misalnya sakit), dimana tidak memungkinkan untuk berwudhu dengan air? Untuk sebab ini, kita dapat bertayamum, yaitu menyapukan tanah (debu) yang suci ke muka dan kedua tangan, dengan niat untuk membolehkan bershalat dsb. Seandainya dengan bertayamum pun tidak memungkinkan (misalnya karena tidak adanya tanah yang bersih atau kita dalam keadaan terbelenggu dsb), maka kita tetap wajib mengerjakan shalat, walaupun tanpa wudhu dan tanpa tayamum. Walaupun tidak memenuhi aspek kebersihan jasmani, namun niat yang tulus untuk beribadah sudah cukup memenuhi aspek kebersihan rohani, sebagai pemisah antara amalan duniawi dan amalan ibadah mahdhah seperti shalat dsb.
Apabila seseorang terlupa atau tertidur sehingga keluar waktu shalat, maka ia diharuskan melaksanakannya segera setelah teringat atau terbangun dari tidurnya itu. Jika Anda berada dalam perjalanan jauh, Anda dapat mengqashar (memperpendek) raka’at shalat atau menjamak (menggabungkan) waktu shalat secara bersamaan; tergantung kondisi yang sedang Anda hadapi pada saat itu.
Jikalau Anda sakit parah, dan hanya dapat terbaring lemas ditempat tidur, maka Anda diperbolehkan untuk melakukan gerakan shalat sesuai kemampuan, bahkan jikapun hal ini tidak dapat dilakukan, maka cukup membaca bacaan shalat dalam hati saja.
Lalu, mengapa orang shalat harus menghadap kiblat (Ka’bah)? Anda bisa bayangkan jika Anda melakukan shalat berjama’ah di mesjid, dimana ada beberapa jamaah yang menghadap ke timur, sementara yang lainnya menghadap ke barat, utara, atau selatan; sungguh hal tersebut akan saling mengganggu antar jamaah dan pada akhirnya shalat tidak akan dapat berjalan dengan baik. Selain itu, shalat akan terasa sangat janggal (tidak enak) dipandang mata. Lagipula dengan bersama-sama menghadap kiblat, shalat kita akan terasa khusyuk dan kitapun dapat merasakan akan indahnya ‘kebersamaan’.
Namun ada pula pengecualian untuk hal ini, yaitu apabila seseorang berada dalam keadaan ketakutan yang sangat (misalnya ditengah-tengah berkecamuknya pertempuran atau keadaan huru hara yang membahayakan jiwanya, atau dalam upaya menyelamatkan hartanya dari kebakaran, kebanjiran, dsb, sementara waktu shalat telah mendesak), maka dibolehkan baginya shalat sambil berjalan atau berlari, walaupun tepaksa hanya membaca di dalam hati, tanpa ruku’ dan sujud, serta tanpa menghadap kiblat.
Seorang ulama besar bernama An-Nawawi menjelaskan dalam ‘Al-Majmu’, “Apabila tiba waktu shalat fardhu, sedangkan mereka para musafir sedang berkendaraan, lalu seseorang merasa takut, jika turun dari kendaraannya untuk shalat menghadap kiblat akan tertinggal dari rombongannya, atau khawatir atas keamanan dirinya atau hartanya, maka ia tetap tidak dibolehkan meninggalkan shalat sehingga keluar waktunya. Demi menjaga ‘kehormatan waktu’ shalatnya itu, ia wajib melaksanakannya diatas kendaraan (walaupun sambil duduk dengan ruku’ dan sujud sekedarnya, serta tanpa menghadap kiblat).” Hal ini berlaku pula bila Anda berada di kereta api atau pesawat terbang, yang adakalanya mengalami hal serupa. Namun alangkah baiknya jika Anda merasa sanggup, Anda dapat mengulangi shalat Anda tsb setelah sampai di tempat tujuan atau di suatu tempat yang layak, bila memang waktunya masih memungkinkan.
Dari pemaparan-pemaparan diatas, nampak terlihat bahwa Allah SWT menghendaki kemudahan buat umatnya, bukan kesukaran, sebagaimana firmanNya dalam S. Al-Baqarah [2] ayat 185 berikut :
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
Terlepas dari semua itu, shalat dapat mencegah kita dari perbuatan keji dan mungkar, karena kita selalu ingat kepada Allah SWT yang memerintahkan kita agar kita bertaqwa. Lagipula, apalah sumbangsih dan wujud terima kasih kita kepada Allah sebagai Tuhan yang memberikan kita segala kenikmatan (yang tidak dapat diperoleh oleh makhluk lainnya), kalau bukan dengan menyembah-Nya. Allah berfirman :
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (QS. Thaahaa [20] : 14)
اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-‘Ankabuut [29] : 45)



Referensi :

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar