Ibadah Ghairu Mahdhah, (tidak murni semata hubungan dengan Allah) yaitu ibadah yang di samping sebagai hubungan hamba dengan Allah juga merupakan hubungan atau interaksi antara hamba dengan makhluk lainnya . Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada 4:
a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang
melarang. Selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini
boleh diseleng garakan.
b. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul,
karenanya dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah “bid’ah” , atau jika
ada yang menyebut nya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul bid’ah, maka
bid’ahnya disebut bid’ah hasanah, sedangkan dalam ibadah mahdhah disebut bid’ah
dhalalah.
c. Bersifat rasional,
ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau
madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut logika sehat, buruk,
merugikan, dan madharat, maka tidak boleh dilaksanakan.
d. Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama itu
boleh dilakukan.
Rumusan Ibadah Ghairu
Mahdhah
“BB + KA”
(Berbuat Baik + Karena Allah)
Syarat-Syarat Diterimanya Ibadah
Ibadah adalah perkara taufiqiyyah, yaitu tidak ada suatu
ibadah yang disyari’atkan kecuali berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah. Apa yang
tidak di syari’atkan berarti bid’ah mardudah ( bid’ah yang ditolak ), hal ini
berdasarkan sabda Nabi :
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا
هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“ Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntutan dari Kami,
maka amalan tersebut tertolak.”
Ibadah-ibadah itu bersangkut penerimaannya kepada dua faktor
yang penting, yang menjadi syarat bagi diterimanya.
Syarat-syarat diterimanya suatu amal (ibadah) ada dua macam
yaitu:
1. Ikhlas
قل انى امرت ان اعبد الله
مخلصا له الدين. وامرت لان اكون اول المسلمين (الزمر:11-12)
“Katakan olehmu, bahwasannya aku diperintahkan menyembah
Allah (beribadah kepada-Nya) seraya mengikhlaskan ta’at kepada-Nya; yang
diperintahkan aku supaya aku merupakan orang pertama yang menyerahkan diri
kepada-Nya.”
2. Dilakukan secara sah yang sesuai dengan tuntunan
Rasulullah
........فمن كان يرجوالقاءربه
فليعمل عملاصالحاولايشرك بعبادةربه احدا (الكهف:110)
“Barang siapa mengharap supaya menjumpai Tuhannya, maka
hendaklah ia mengerjakan amal yang sholeh, dan janganlah ia mensyarikatkan
seseorang dengan tuhannya dalam ibadahnya itu”
Syarat yang pertama merupakan konsekuensi dari syahadat laa
ilaaha illallaah, karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya kepada Allah
dan jauh dari syirik kepada-Nya. Sedangkan syarat kedua adalah konsekuensi dari
syahadat Muhammad Rasulullah, karena ia menuntut wajib-nya taat kepada Rasul,
mengikuti syari’atnya dan meninggal-kan bid’ah atau ibadah-ibadah yang
diada-adakan.
Ulama’ ahli bijak berkata: inti dari sekian banyak ibadah
itu ada 4, yaitu[6]:
الوفاء بالعهدود والمحافطة على الحدودوالصبر على المفقو والرضا
بالموجود
1.
Melakasanakan kewajiban-kewajiban Allah
2.
Memelihara diri dari semua yang diharamkan Allah
3.
Sabar terhadap rizki yang luput darinya
4.
Rela dengan rizki yang diterimanya.
Referensi :
0 komentar