Ilmu, Taqwa dan Fujur

By Unknown - 20.31



Hubungan antara filsafat dengan ilmu yang dapat terintegrasi dalam filsafat ilmu, dimana filsafat mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan ilmu, menunjukan adanya keterbatasan ilmu dalam menjelaskan berbagai fenomena kehidupan. Disamping itu dilingkungan wilayah ilmu itu sendiri sering terjadi sesuatu yang dianggap benar pada satu saat ternyata disaat lain terbukti salah, sehingga timbul pertanyaan apakan kebenaran ilmu itu sesuatu yang mutlak ?, dan apakah seluruh persoalan manusia dapat dijelaskan oleh ilmu ?. pertanyaan-pertanyaan tersebut sebenarnya menggambarkan betapa terbatasnya ilmu dalam mengungkap misteri kehidupan serta betapa tentatifnya kebenaran ilmu.

Untuk menjawab pertanyaan di atas, ada baiknya diungkapkan pendapat para akhli berkaitan dengan keterbatasan ilmu, para akhli tersebut antara lain adalah :
1. Jean Paul Sartre menyatakan bahwa ilmu bukanlah sesuatu yang sudah selesai terfikirkan, sesuatu hal yang tidak pernah mutlak, sebab selalu akan disisihkan oleh hasil-hasil penelitian dan percobaan baru yang dilakukan dengan metode-metode baru atau karena adanya perlengkapan-perlengkapan yang lebih sempurna, dan penemuan baru tiu akan disisihkan pula oleh akhli-akhli lainnya.
2. D.C Mulder menyatakan bahwa tiap-tiap akhli ilmu menghadapi soal-soal yang tak dapat dipecahkan dengan melulu memakai ilmu itu sendiri, ada soal-soal pokok atau soal-soal dasar yang melampaui kompetensi ilmu, misalnya apakah hukum sebab akibat itu ?, dimanakah batas-batas lapangan yang saya selidiki ini?, dimanakah tempatnya dalam kenyataan seluruhnya ini?, sampai dimana keberlakuan metode yang digunakan?. Jelaslah bahwa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut ilmu memerlukan instansi lain yang melebihi ilmu yakni filsafat.
3. Harsoyo menyatakan bahwa ilmu yang dimiliki umat manusia dewasa ini belumlah seberapa dibandingkan dengan rahasia alam semesta yang melindungi manusia. Ilmuwan-ilmuwan besar biasanya diganggu oleh perasaan agung semacam kegelisahan batin untuk ingin tahu lebih banyak, bahwa yang diketahui itu masih meragu-ragukan, serba tidak pasti yang menyebabkan lebih gelisah lagi, dan biasanya mereka adalah orang-orang rendah hati yang makin berisi makin menunduk. Selain itu Harsoyo juga mengemukakan bahwa kebenaran ilmiah itu tidaklah absolut dan final sifatnya. Kebenaran-kebenaran ilmiah selalu terbuka untuk peninjauan kembali berdasarkan atas adanya fakta-fakta baru yang sebelumnya tidak diketahui.
4. J. Boeke menyatakan bahwa bagaimanapun telitinya kita menyelidiki peristiwa-peristiwa yang dipertunjukan oleh zat hidup itu, bagaimanapunjuga kita mencoba memperoleh pandangan yang jitu tentang keadaan sifatzat hidup itu yang bersama-sama tersusun, namun asas hidup yang sebenarnya adalah rahasiah abadi bagi kita, oleh karena itu kita harus menyerah dengan perasaan saleh dan terharu.

Dengan memperhatikan penjelasan di atas, nampak bahwa ilmu itu tidak dapat dipandang sebagai dasar mutlak bagi pemahaman manusia tentang alam, demikian juga kebenaran ilmu harus dipandang secara tentatif, artinya selalu siap berubah bila ditemukan teori-teori baru yang menyangkalnya. Dengan demikian dpatlah ditarik kesimpulan berkaitan dengan keterbatasan ilmu yaitu :
1. ilmu hanya mengetahui fenomena bukan realitas, atau mengkaji realitas sebagai suatu fenomena (science can only know the phenomenal, or know the real through and as phenomenal - R. Tennant)
2. Ilmu hanya menjelaskan sebagian kecil dari fenomena alam/kehidupan manusia dan lingkungannya
3. kebenaran ilmu bersifat sementara dan tidak mutlak

Keterbatasan tersebut sering kurang disadari oleh orang yang mempelajari suatu cabang ilmu tertentu, hal ini disebabkan ilmuwan cenderung bekerja hanya dalam batas wilayahnya sendiri dengan suatu disiplin yang sangat ketat, dan keterbatasan ilmu itu sendiri bukan merupakan konsern utama ilmuwan yang berada dalam wilayah ilmu tertentu.

Beda Ilmu Allah dengan Ilmu Manusia
Sifat Allah: Ilmu (Mengetahui)
Bedanya ilmu Allah dgn ilmu manusia itu jauh sekali. Ibaratnya ilmu Allah sebanyak 7 samudera, ilmu manusia cuma sebanyak air yg menempel di ujung jari. Allah tahu matahari, bumi, langit dsb karena Allah yang menciptakan mereka. Sementara manusia sekedar mengamati / melihat saja. Tak mampu menciptakannya dari kehampaan. Pandangan manusia terbatas. Kita tak bisa membaca tulisan di koran dari jarak 1 km. Allah di ujung langit pun mampu membacanya.
Seorang ilmuwan berkata bahwa matahari menjauhi galaksi kita. Cuma sampai di galaksi mana, dia tidak tahu. Baru bisa terungkap ratusan juta tahun, katanya. Padahal umurnya tak sampai 200 tahun. Manusia tak bisa melihat tengkuknya sendiri. Tak bisa melihat jantung dan otaknya. Andai pakai rontgen pun warnanya beda. Jadi aneh sekali jika ada manusia merasa lebih hebat dari Allah. Lebih cerdas dari Allah.
Allah itu berilmu (Maha Mengetahui). Mustahil Allah itu Jahal (Bodoh). Allah Maha Mengetahui karena Dialah yang menciptakan segala sesuatu. Sedangkan manusia tahu bukan karena menciptakan, tapi sekedar melihat, mendengar, dan mengamati. Itu pun terbatas pengetahuannya sehingga manusia tetap saja tidak mampu menciptakan meski hanya seekor lalat.
وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
“Dan Allah memiliki kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya, dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu basah atau kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)” [Al An’aam:59]

قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا
“Katakanlah: Sekiranya lautan jadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis ditulis kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu.” [Al Kahfi:109]

وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” [An Nisaa’:176]

Fujur dan Taqwa
Fujur adalah perbuatan buruk dan prilaku yang bertentangan dengan syariat. Kebalikan fujur adalah takwa, yaitu kebenaran dan segala tatanan yang disyariatkan Allah. Tentang fujur dan takwa ini, dalam al-Quran, Allah berfirman:

فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا

Artinya: Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa manusia sifat fujur dan takwa.

Lantas bagaimana pandangan mutakallimun terhadap ayat di atas?
Menurut Qadhi Abdul Jabar Muktizilah, dan pendapat yang dinisbatkan kepada Imam Ja’far Shadik dari kalanga Syiah menyatakan bahwa Allah memberikan ilmu dan pemahaman kepada manusia, mengenai hal-hal yang bersifat buruk dan baik. Kemudian Allah memberikan kebebasan mutlak kepada manusia untuk memilih, mana yang baik dan buruk sesuai dengan sifat ikhtiyari (kemampuan memilih) yang telah diberikan Allah kepada manusia. Jika ia memilih perbuatan baik, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga, Namun jika ia memilih perbuatan buruk, maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka
Menurut kelompok Jabbariyah, bahwa Allah telah memberikan ketakwaan dan keburukan kepada setiap hamba-Nya. Artinya, ada hamba yang sudah diberi ketakwaan dan ada hamba yang sudah diberi sifat fujur. Perilaku hamba sudah ditentukan oleh Allah. Tugas manusia hanya menjalankan apa yang sudah digariskan oleh Allah
Abu Ishak al-Isfiraini dari Ahlu Sunnah bahwa Allah telah menunjukkan kebaikan dan keburukan kepada hamba. Kemudian, dengan sifat ikhtiyariyah yang telah diberikan, kepada manusia, maka manusia mempunyai pilihan. Hanya saja, sifat ikhtiyariyah tersebut, tidak independen. Ia bisa mempengaruhi suatu perbuatan, dengan kehendak Allah. Sederhananya, bahwa manusia mempunyai kehendak (sifat ikhtiyari), hanya saja, manusia tidak dapat berkehendak, kecuali atas kehendak Allah.

Referensi :
http://almuflihun.com/fujur-dan-takwa-menurut-mutakalimun/
https://kabarislamia.com/2015/12/30/beda-ilmu-allah-dengan-ilmu-manusia/
http://nsimeon.blogspot.co.id/2014/01/keterbatasan-ilmu-pengetahuan.html

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar